6 Mar 2010

Lihat Banyak, Ingat Satu


Seperti biasa, ba'da shalat maghrib di Masjid Agung Karimun diadakan pengajian fardhu 'ain, bersama Ustadz Drs.H. Abdul Wahab Sinambela. Pengajian yang baru saya ikuti ini memiliki daya tarik tersendiri. Setelah empat kali mengikuti, saya merasa penyampaian Ust. Sinambela (Sapaan akrab) hampir mirip dengan Alm. Buya Hamka, tokoh Islam Indonesia yang terkenal dengan keteguhannya memegang prinsip, yang menyatakan mundur sebagai Ketua MUI jika perayaan natal bersama yang difatwakan haram oleh MUI pada saat itu dianggap tidak menjunjung pluralisme. Kembali pada kajian tadi, saya merasa penyampaian tiap-tiap pokok ajaran Islam yang disampaikan oleh Ust. Sinambela sangat mudah difahami dan memiliki akar yang kuat serta tidak terkesan menggurui.
Ada satu pencerahan yang saya dapatkan pada pembahasan kajian akhlak kali ini. Kajian dimulai dengan tema Ridho kepada Allah azza wa jalla. Sebagai manusia, kita harus meyakini bahwa segala detail kehidupan kita telah ditetapkan oleh Allah di lauhul mahfudz dalam bentuk Qadha. Qadha adalah rahasia Allah, dan hanya Dia dan orang-orang yang dikehendaki-Nya lah yang dapat mengetahui hal tersebut. Apabila qadha itu telah terjadi, maka itulah yang dinamakan Qadar. Sebagai hamba Allah yang beriman, apapun Qadar yang kita alami itu adalah kehendak Allah dan kita mesti ridho akan ketentuan Allah tersebut.
Pada pertengahan kajian, ada jama'ah yang bertanya, bagaimana kita dapat menerima dengan ridha ketentuan Allah pada diri kita dan bagaimana kita bersyukur akan hal itu. Maksudnya, bagaimana kita menerima kekurangan pada diri kita dan melihat kelebihan yang ada pada orang lain, Jawaban yang diberikan oleh Ustadz, singkat tapi padat. Lihat yang banyak, ingat kepada yang satu. Artinya, jika kita melihat pada ciptaan Allah maka kita harus dan wajib ingat kepada Yang Satu, yaitu Allah Subhanawata'ala.
Kita sering melihat kekurangan pada diri kita, kelebihan pada orang lain, tapi kita lupa akan Pencipta kelebihan dan kekurangan itu. Agar kita ridha, saat kita melihat kelebihan orang lain, maka katakan Subhanallah, ternyata begitu Maha Kuasanya Allah yang bisa menjadikan sesuatu itu indah padahal segala yang ada pada diri orang itu, ada pada kita. Telinga, kaki, tangan, hidung, semuanya sama, namun atas kehendak-Nya segalanya bisa dijadikan begitu indah dan manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan Allah daripada makhluk-Nya yang lain. Begitu juga halnya saat melihat sesuatu yang jelek atau kurang pada diri kita, maka kita harus ingat pada Yang Satu, Allah. Dialah yang menciptakan kita dan tidak lain tujuannya adalah agar kita beribadah kepada-Nya, salah satunya dengan ridha atas segala ketetapan-Nya. Seperti apa yang disampaikan Allah Subhanawata'ala dalam firman-Nya, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 216).Dari ayat tersebut, jelas bagi kita bahwa dalam urusan dunia maupun yang berkaitan dengan urusan akhirat kita tidak mengetahui mana yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, kita harus ridho menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah untuk kita. Maka pantaslah jika seorang mukmin itu menjadikan Allah SWT sebagai wali dalam hidupnya. Karena hanya Allah lah yang tahu apa yang terbaik bagi kita dan selalu menggiring orang mukmin dari kegelapan menuju cahaya keimanan.
Begitu Maha Besarnya Allah, yang telah memberikan begitu banyak perbedaan atas makhluk-Nya, namun yang dinilai bukanlah keindahan jasad namun keindahan bathin, yaitu ketaqwaan kita pada-Nya, Inna akramakum 'indallahi atqakum. Taqwa, umpama orang yang berjalan diatas hamparan duri, maka kehati-hatianlah kunci dari taqwa. Bisa memisahkan mana yang haq dan mana yang bathil. Mana yang halal dan mana yang haram dan bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah berikan serta bersabar atas musibah yang ditimpakan. Wallahu'alam..

5 Mar 2010

Persembahanku - AYAH

Mata itu penuh kisah
bercahaya walau terselubung lelah

Lidah itu tiada berucap keluh
Gemeretap tulang terdengar kian rapuh

Dada itu terbentang hamparan cinta
tempat bertumpu kata harapan segala

Tangan itu penuh prasasti beban
melenggang ringan dengan keikhlasan

Jemari itu menggenggam ikrar
teguh mengasuh dengan tegar

Mengejar misteri ketetapan rezeki
oleh kaki yang penuh kekokohan bhakti

Sejarah panjang jejak langkah
berkerumun di tapak kian lemah

Ayah...
bhaktimu tiada pilah
tetes peluhmu mengalirkan sungai ibadah
tempat bermuara janji-janji Allah

Tiada dapat aku menyanggah
kepadamu kuhamparkan kisah
aku yang sekarang
adalah titik peluhmu yang menggenang
menyelinap dalam darahku tak terhalang

Ayah..
lebur tulangku tak akan mampu membalas
segala darimu yang beruntaikan ikhlas
aku hanya bisa menyematkan bhakti
menjaga hatimu agar tak tersakiti
dan menjadikan aku
penebar doa di taman syurgamu nanti

Yogyakarta, 02 November 2009

Persembahanku - IBU


Ibu..
sudahkah kau hitung deritamu olehku?
sudahkah kau susun lembaran amarahku untukmu?
jawabmu,
"Anakku, tiada derita yg kau hamparkan untukku,
karena semua itu adalah bunga kehidupanku berada ditaman dunia bersamamu,
tiada ruang dihatiku untuk menyimpan berkas amarahmu padaku,
karena engkau pernah menyatu dalam ragaku!"

Ibu..
Seperti apakah sakitmu menghadirkanku ke dunia?
Seperti apakah lelahmu mengasuhku hingga batas usia?
Jawabmu,
"Tiada ku rasa sakit itu, karena tangismu membawa rasa sakit itu pergi,
tiada hadir lelah itu karena dirimu adalah anugerah penghapus lelah!"

Ibu..
akankah aku bisa sepertimu,
walau ku sadari bahwa ku tak akan mampu membalas semua yang kau berikan..
Semoga Tuhan memberikanku sedikit rasa yang kau punya
untuk ku persembahkan padamu..
Aku ingin tiada derita ke atasmu dengan hidup bersamaku..
Aku ingin senyumanmu atas kehadiranku terus ada
hingga sampai ujung usia
Aku ingin menjadikanmu ladang syurgaku
tempat ku tanam benih-benih bhakti
di atas hamparan luas ridha mu
Aku ingin menjadi simpanan akhiratmu,
yang akan selalu mengirimkanmu serpihan-serpihan doa
penebar harum syurgamu

Ibu..
segalanya tiada mampu ku raih
segalanya tiada mampu aku lakukan
tanpa ridha dan ampunanmu..

Yogyakarta, 29 Oktober 2009
di sudut ruang kerinduan untukmu ibu